Larutnya malam tidak berhasil membujuk ku untuk terlelap. Seolah ada yang tersimpan didalam diri meminta diriku untuk merenungi dan mendengarkan suara di hati. Dalam terjaga, larutnya waktu seolah mengajak ku sekedar memejamkan mata untuk memperlihatkan lintasan waktu yang berlalu. Memperlihatkan bersitan-bersitan hati berupa pilihan yang mengganjal untuk ku renungi agar ku terlelap.
——-
Perjalanan selalu menyimpan berbagai pertanyaan ketika kita dihadapkan pilihan untuk kita pilih.Terkadang di satu waktu pilihan itu seakan terlihat dengan jelas, namun di satu waktu lain pilihan itu terlihat menyamar. Sehingga terkadang mengaburkan cita dalam ragu untuk melangkah lebih jauh. Manakah yang terbaik untuk kita? Itulah pertanyaan yang sering diajukan kepada setiap hati yang meragu.
Setiap pilihan selalu menyimpan arah, setiap pilihan selalu menyimpan konsekuensi, setiap pilihan selalu menyimpan pilihan lainnya yang mengikuti dan setiap pilihan berarti melepas pilihan yang lain. Ada kalanya di satu waktu ketika kita begitu mengharapkan sebuah cita, maka kita memintanya agar cepat terwujud. Padahal belum tentu dengan cepatnya terwujud sebuah cita akan membawa kebaikan untuk kita. Tapi ada kalanya pula suatu yang begitu kita harapkan, datang pada saat yang tak terduga.
Ada kalanya cita itu mewujud dalam nikmat hingga kita mengucapkan rasa syukur, hamdallah. Tapi ada kalanya pula ketika cita itu mewujud dalam kehilangan, maka kita mengucapkan innalillahi wa innailaihi rojiuun. Karena setiap yang sesungguhnya terjadi merupakan bagian dari rencanaNya, dan sikap yang terbaik atas setiap yang terjadi adalah menyandarkan kepadaNya.
Mungkin berat ketika kita justru dihadapkan atas sesuatu yang tidak terduga. Walau begitu sesungguhnya waktu tidak pernah mengarahkan kita pada rasa sakit. Tapi terkadang kitalah yang membentuk rasa sakit untuk menghampiri kita. Karena dalam setiap respon selalu ada ruang untuk memilih antara menerima atau menolaknya, bertahan atau meninggalkan pergi, terpuruk atau bangkit. Karena dalam setiap pilihan pula selalu ada kemandirian yang bisa kita pilih.
Lalu dalam setiap pilihan hidup seorang mukmin, selalu tersedia beristikharah kepadaNya. Karena terkadang bukan masalah diberi atau tidak diberi dariNya. Urusannya bukan diberi sesuai dengan yang kita minta atau diberi yang lain. Tapi bagaimana Allah memberi. Apakah di ulurkan dengan lembut penuh cinta, atau dilempar ke muka penuh murka. Karena bisa saja cita kita terwujud sesuai yang kita inginkan tapi rasa dan dampaknya berbeda. Atau bisa saja yang diberi kepada kita berbeda keinginan, tapi ternyata dampaknya terasa jauh melampaui yang diinginkan. Disitulah pilihan yang pada akhirnya mewujud dan beriringan dengan yang namanya berkah.
Karena dalam setiap pilihan selalu ada pilihan bertaqwa yang mendatangkan berkahNya.
Referensi : Jalan Cinta Para Pejuang. Salim A Fillah
Wallahu a’lam bish-shawab.