Setelah satu setengah tahun pandemi covid 19 berlalu, saya tidak menyangka bahwa saya akhirnya terkena covid juga. Ya, mengingat bahwa saya sudah melakukan prokes, selalu menggunakan masker kemana saja. Namun sepertinya varian covid pun berubah menjadi lebih mudah menular, karena sampai saat ini saya tidak tahu tertular dimana.
Yang saya ingat, minggu pagi seperti biasa saya melakukan olahraga bersepeda. Saya akui ketika bersepeda kadang saya membuka masker, karena bersepeda dengan menggunakan masker membuat nafas lebih susah, lagipula saya bersepeda sendirian tidak berkelompok dan tidak berkerumun. Ketika lampu merah, saya selalu memakai masker kembali. Selesai bersepeda saya langsung membersihkan diri mandi.
Malam hari saya sempat merasa sedikit ngga enak badan / demam sedikit, tapi feeling saya karena habis bersepeda biasanya memang ada rasa letih dan pegal. Besok paginya saya berkunjung ke rumah orang tua, dan ternyata saat itu ibu saya sedang demam. Saya pun menanyakan keadaannya, beli makanan dan obat penurun panas paracetamol. Sorenya saya kembali ke cibinong dan menceritakan kondisi ibu saya ke istri bahwa demam.
Kebetulan dirumah sedang ada tamu adik ipar bersama 3 anaknya yang masih kecil, bahkan yang satu masih bayi. Rencananya selain sedang liburan, juga untuk menemani istri yang sebentar lagi lahiran. Jadi pada saat itu kamar hanya ada 2, karena adik ipar butuh kamar yang lebih besar, saya dan istri menggunakan kamar yang lebih kecil dan kasurnya hanya muat untuk 1 setengah orang. Jadi saya dan istri satu kamar tapi beda tempat tidur. Senin malamnya pun saya demam, walau saya merasa suhu badan saya masih dalam batas normal, mungkin sampai 37 tapi tidak sampai 38.
Hari selasa kebetulan adalah jadwal istri kontrol kehamilan. Mengingat saya demam dan orang tua saya demam, saya dan istri antisipasi bahwa ini covid. Jadi saya berencana untuk swab antigen di tempat RS istri kontrol. Kebetulan kami kontrol di RS Bina Medika yang berada di bintaro. Perjalanan menggunakan mobil dari cibinong – bintaro memakan waktu kurang lebih 1 jam. Selama dimobil kami sudah menjaga jarak, dengan istri duduk dibelakang.
Selesai kontrol, saya melakukan swab antigen, yang hasilnya baru keluar 2 jam kemudian. Sambil menunggu hasil swab. Saya dan istripun berencana mampir sebentar ke rumah orang tua beli roti sambil makan siang di seberang rumah sakit. Setelah makan dan beli roti, kami melakukan perjalanan ke rumah orang tua. Semuanya memang kurang lebih memakan waktu 2 jam sampai dirumah orang tua. Dan tepat pada saat saya mau mengantarkan roti, hasil swab antigen saya keluar yang terkirim lewat email, dan hasilnya saya positif.
Seketika saya kembali berjalan ke istri yang sedang menunggu dimobil dan mengabari bahwa hasilnya saya positif. Istri pun langsung menangis, karena kondisinya sedang hamil 37 weeks dan istri punya komorbid. Tentu khawatir ikut kena. Saya pun juga mengabari keluarga ayah dan abang saya bahwa hasil swab antigen saya positif, dan meminta ibu untuk diperiksa.
Saya pun kembali ke cibinong dengan rencana untuk melakukan swab PCR dan melakukan swab antigen untuk istri dan adik ipar dan anaknya. Kami sudah mengunjungi 2 rumah sakit yaitu Bina Husada dan Sentra Medika, ternyata keduanya untuk tes swab sudah tutup dari jam 13. Jadi kami berencana lanjut besok. Sampai dirumah, saya isolasi mandiri, istri pindah ke ruang tamu. Namun pada saat itu kami masih positive thinking mengira hasil swab antigen tidak akurat, karena saya hanya mengalami demam dan nyeri pegal sedikit, tidak ada tanda-tanda lain. Lagipula saya sebenarnya sudah melakukan vaksin kurang lebih sebulan sebelumnya, menggunakan vaksin astrazeneca.
Sambil tetap positive thinking, saya sudah antisipasi dengan menjaga imun dengan membeli dan mengkonsumsi vitamin C, vitamin D, madu. Saya pun sudah membeli susu beruang sebelum viral sebanyak 30 kaleng hehe. Karena memang biasanya tanpa covid pun ketika badan tidak enak saya rutin meminum susu beruang . Memang susu beruang bukan untuk mengobati, tapi lebih meningkatkan imun karena kandungan vitamin dan saya pun mengalami sendiri ketika sedang tidak enak badan, malam sebelum tidur minum susu beruang, paginya merasa lebih enak.
Hari rabu itu saya langsung memberi kabar kantor, bahwa saya positif covid dari hasil swab antigen. Dari kantor pun akan mengirim beberapa suplemen dan obat invermectin. Memang pada saat itu informasi obat yang harus diminum bagi penderita covid masih simpang siur, baik yang OTG, gejala ringan, sedang atau berat. Karena saya tidak merasakan tanda-tanda yang signifikan dan juga istri dan adik ipar tidak merasakan gejala apa-apa, jadi saya dan istri serta adik ipar menunda untuk tes swab. Selama 2 hari, rabu dan kamis, yang saya rasakan hanya demam hilang timbul. Namun penciuman normal, tidak ada sesak, hanya batuk dan flu. Saya juga mengecek saturasi oksigen saya normal.
Hari kamis, saya dapat kabar bahwa ibu saya akhirnya di tes swab PCR melalui layanan home service. Selain ibu, ayah saya juga swab antigen. Untuk swab antigen hanya membutuhkan waktu sebentar untuk tahu hasilnya, dan alhamdulillah ayah saya negatif. Sementara untuk swab PCR butuh waktu 1×24 jam. Kamis malem, suplemen berupa Elplus, aluze dan air minreal dan obat invermectin kiriman dari kantor tiba. Saat itu dalam pikiran saya hanya ingin cepat sembuh, karena istri sedang hamil dan dalam waktu 2 minggu akan melahirkan, lalu malam itu saya minum 1x invermectin, dan jumat shubuh saya minum 2x. Dan memang jumat pagi demam saya langsung hilang, yang tersisa hanya pusing dan setelah saya baca efek samping dari invermectin salah satunya adalah pusing.
Hari jumatnya saya berencana untuk swab PCR. Jam 8 saya tiba di RS Bina Husada, dan ternyata sudah banyak yang antri. Saya dapat antrian 49 sementara saat itu masih nomor 18. Akhirnya jam 11 tiba giliran saya untuk swab PCR. Hanya sebentar lalu pulang. Jumat malamnya saya dapat kabar bahwa hasil swab PCR ibu saya positif dengan CT 24. Sedih bercampur kaget saya pun langsung menginformasikan apa saja yang sudah saya minum supaya diminumkan juga ke ibu.
Sabtu shubuh secara iseng, saya mencoba mencium minyak kayu putih, dan dengan kaget saya merasa penciuman saya berkurang. Masih tercium aroma minyak kayu putih, tapi samar-samar. Mungkin hanya sekitar 5-10%. Tanpa menunggu hasil PCR saya langsung info ke istri pagi itu juga untuk swab antigen beserta adik ipar dan anak-anaknya. Jika negatif saya minta di ungsikan saja. Dan alhamdulillah semuanya negatif. Siang itu juga adik ipar dan anak-anaknya di ungsikan ke bekasi, ke tempat saudara, karena khawatir tertular apalagi ada 2 anak dan 1 bayi. Istri tidak mau mengungsi dan akhirnya dirumah hanya saya dan istri.
Sabtu sore hasil swab PCR saya pun keluar dan hasil memang benar positif
Saat itu saya menambah suplemen habbatusaudah dan qusthul hindi. Pada hari minggu saya merasa penciuman saya membaik walau belum 100%, mungkin membaik hingga 40-50%.
Senin, tanggal 4 Juli adalah jadwal istri kontrol kehamilan, dan untuk pertama kalinya tidak ditemani saya. Sebenarnya istri sudah ditawarkan oleh adik ipar untuk diantarkan dan ada juga temannya yang mau menemani, tapi karena menghindari banyak bertemu orang mengingat menemani saya yang sedang positif covid akhirnya istri berangkat sendirian dari cibinong ke bintaro naik taksi online.
Hari rabu, tanggal 7 juli, tepat 10 hari saya sudah melakukan isolasi mandiri. Menurut informasi, bagi yang memiliki gejala ringan, maka cukup melakukan isolasi mandiri selama 10 hari + 3 hari tanpa gejala. Dan ternyata 13 hari itu adalah tanggal terakhir istri melakukan kontrol, yaitu tanggal 12 juli.
Hari senin, tanggal 12 juli. Saya mengantarkan istri kontrol kehamilan terakhir sekaligus saya melakukan tes Swab PCR. Jika hasilnya negatif, maka saya bisa ikut menemani istri ke ruang operasi, jika masih positif maka saya tidak bisa menemani. Hasil swab PCR seharusnya baru keluar 1×24 jam, tapi karena merupakan bagian dari rencana operasi, sore hari sudah keluar, alhamdulillah hasil nya saya sudah negatif covid, dan saya pun bisa menemani istri melahirkan.