Manusia adalah makhluk yang unik. Unik dalam segala hal yang terperinci. Tidak ada manusia yang sama dihidup ini, bahkan orang kembar sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaan. Selalu ada beda yang terselip diantara manusia. Dan biasanya perbedaan tersebut menjadi sebuah tantangan dalam sebuah hubungan baik antar sahabat, pasangan,keluarga ataupun bermasyarakat.

Semakin besar ruang lingkup kita berada, maka semakin besar kita akan menemukan perbedaan. Tapi layaknya dalam satu hubungan, kebersamaan yang dijalani pasti memerlukan ada tujuan yang serupa. Tujuan yang sama itulah yang mempersatukan kita.

Ketidaksamaan itu yang kita sebut perbedaan. Perbedaan yang memperlihatkan adanya selisih antara kita dengan orang lain. Selisih dalam arti sama halnya dengan matematika. Pertambahan dan pengurangan. Ketika kita bertemu dengan orang yang memiliki kelebihan dengan kita, maka kita menemukan selisihnya dengan kekurangan kita. Begitu juga sebaliknya, karena setiap orang tidak ada yang sempurna, masing-masing membawa sisi yang menyilaukan dan kelam yang pada akhirnya bertujuan menggenapkan pribadi kita.

Tapi, kerapkali perbedaan itu benar-benar menjadi selisih. Selisih yang memperselisihkan. Ketika beda yang hadir tak mampu diterima. Ketika beda yang hadir menginterupsi ketidaknyamanan kita. Memang ketika hal tersebut hadir, mungkin serasa sulit merintangi dalam kebersamaan.

Beda, bisa menjadi pelengkap, bisa pula menjadi pemisah. Yang membuat berubah fungsi dari perbedaan itu adalah menempatkan di ruang mana ia berada pada posisi kita. Berhati-hatilah meletakkan perbedaan itu pada ruang yang mencolok, lalu melahirkan ketimpangan, ketidakseimbangan. Tapi, jika beda ditempatkan pada ruang yang tepat, maka ia melahirkan keseimbangan dan menjadi pelengkap yang justru menyempurnakan dan menguatkan.

Beda bisa mewujud menjadi keragaman. Keragaman yang menyenanngkan ketika hadirnya menghapus kebosanan, karena sesuatu yang selalu sama cenderung menjadi monoton, cenderung tidak berubah. Maka percikkan keragaman menjadi bumbu yang mengingatkan bahwa kita beda, kita tidak sempurna, dan kita saling membutuhkan.

Tulisan Lain   Hijrah Ini (Fastaqim Kamaa Umirta)

Walau beda bisa diubah. Tapi ada beda-beda yang mungkin bisa menjadi berubah, tapi ada pula beda-beda yang lebih baik menjadi apa adanya. Layaknya pakaian, masing-masing kita pun memiliki ukuran yang berbeda. Tidaklah mungkin mengukur badan orang lain dengan badan kita sendiri. Ya, kita memiliki ukuran-ukuran yang tidak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Ada kalanya manusia adalah tetap apa adanya. Bukan untuk dibandingkan, bukan untuk dipaksa berubah. Ada sisi-sisi yang tetap menetap karena memang sudah mendarah daging sejak dini. Kemampuan memahamilah yang mampu membawa beda tersebut menjadi potensi yang teroptimalkan dalam kebersamaan.

Ah, lihatlah sehabis hujan menyemarakkan. Mereka adalah pelangi. Layaknya pelangi, mereka warna-warni, mereka berbeda-beda. Tapi masing-masing warnanya tidak saling mencolok. Mereka berada pada komposisi warna yang sama. Apa jadinya jika di salah satu warna pelangi itu mencolok dibanding yang lainnya. Bisa jadi tidak mewujud pelangi, mungkin malah seperti cat yang tumpah tak karuan.

Keragaman seindah pelangilah yang kita butuhkan. Bersama dalam beda, tapi saling mewarnai dalam keseimbangan dan memiliki satu tuju yang menguatkan.

By alfach

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *