Setelah sebelumnya session I training di Pemalang (baca : Pemalang in Journey), maka selanjutnya saya berada di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Bila sebelumnya saya ”bermain” di tingkat kabupaten, maka kali ini saya ”bermain” di tingkat Provinsi. Dan kalau ngga salah, ini satu-satunya provinsi yang ditangani untuk bagian kerjaan saya. Karena yang lainnya berada di tingkat kabupaten.

Saya di Lampung berdasarkan kerjaan dari tanggal 14-29 Juli 2008, tapi saya sudah tiba di Lampung sejak tanggal 11 Juli 2008 yang berhubung untuk survey terlebih dahulu. Berangkat dari pelabuhan Merak, Banten. Perjalanan memakan kira-kira 3 jam untuk sampai di Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Sebelum menuju Kota Bandar Lampung, saya melewati Kabupaten Lampung Selatan, yaitu Kalianda. Sepanjang perjalanan cukup panas, kiri-kanan jalan masih banyak pohon-pohon, mungkin bisa dibilang berbentuk hutan. Panasnya memang berbeda di banding Jakarta. Hawa panas di Sumatra sebagian besar mirip, seperti dulu yang saya pernah rasakan singgah di Medan dan Aceh.

Memasuki kota Bandar Lampung, suasana memang jauh berbeda. Disini terlihat aktivitas layaknya sebuah kota provinsi benar-benar kelihatan. Begitu ramai, dan terlihat berbagai bentuk gedung yang menunjukkan pusat aktivitas. Saya langsung menuju ke kantor Walikota yang bertempat di Jalan Wolter Monginsidi, Teluk Betung. Setelah melihat lokasi training, maka selanjutnya mencari penginapan. Setelah berkeliling, akhirnya dapat penginapan yang sesuai budget, yaitu Hotel Kurnia Perdana di Jalan Raden Intan, Tanjung Karang. Cukup jauh dari Teluk Betung, tapi lokasinya sebagai tempat penginapan cukup strategis, karena saya bisa ke tempat favorit saya yaitu toko buku 🙂 …. Toko Buku Gramedia dengan cepat, cukup 5 menit dengan jalan kaki saya sudah tiba.

Seminggu pertama sudah saya habiskan waktu di Bandar Lampung. Kesempatan weekend pertama, saya lewatkan dengan mencari tempat wisata. Jika sebelumnya di Pemalang, saya bersama rekan saya Arifin untuk mencari tempat wisata, maka di Bandar Lampung ini, saya berganti rekan kerja, yaitu Faisal. Sementara Arifin ke NTB. Ya dengan berganti rekan, kebetulan rekan saya ini berbeda karakter. Yang ketika saya memutuskan jalan-jalan, maka saya jalan-jalan sendiri 🙁 .

Akhirnya saya memutuskan ke Taman Bumi Kedaton. Yang merupakan taman satwa dan wisata. Saya benar-benar berkelana sendiri. Dari hotel, saya naik bis Damri yang menuju Terminal Rajabasa. Dengar-dengar bahwa Terminal Rajabasa ini cukup ”ditakutkan” bagi pendatang, karena banyak peristiwa kriminal. Bahkan bukan hanya pendatang, tapi orang lampung sendiri. Saya sudah diwanti-wanti dari sejak datang. Tapi entah, akhirnya walau sendiri saya memasukin kawasan terminal rajabasa itu. Ternyata rute bis yang ke Taman Bumi Kedaton hanya ada satu, bisnya pun hanya ada dua. Akhirnya saya menunggu di terminal hampir satu jam, mungkin sekitar 45 menit.

Bis Damri itu jurusan Rajabasa-Hanura. Ketika berangkat saya hanya penumpang sendiri di dalam bis. Karena katanya jalannya kurang bagus. Dalam perjalanan saya melewati universitas malahayati. Kalau saya ingat, universitas malahayati adalah universitas yang sempat menawarkan beasiswa kepada saya seketika saya lulus SMU, tapi saya tidak mengambilnya. Lalu, semakin lama, di sekeliling perjalanan menawarkan pemandangan yang banyak bukit, dan semakin lama jalan bis yang di lalui semakin mengecil. Mungkin lebarnya hanya sekitar 1 bis + 1 motor. Benar-benar kecil. Dalam perjalanan pula, melewati rumah-rumah penduduk.

Mungkin sekitar 1 jam, saya baru tiba di Taman Bumi Kedaton. Ya disini katanya, layaknya Taman Ragunan kalau di Jakarta. Dengan pede-nya saya lalu masuk sendirian. Orang yang menjaga karcis keheranan, karena pengunjung biasanya membawa kendaraan dan keluarga / pasangan. Sementara saya sendiri 🙂 .Membayar karcis masuk 8 ribu untuk orang dewasa. Sekilas saya memperhatikan cukup sepi, tidak seramai yang saya kira . Lalu saya pun masuk. Ya begitu masuk, saya langsung disuguhi sama kura-kura sama biawak… hiii. Saya pun memutar-mutar, ya dari koleksi binatang mungkin belum selengkap taman Ragunan. Tapi cukup menawarkan hiburan untuk Taman Bumi Kedaton yang katanya baru dibangun tahun 2004 ini. Semakin ke dalam, maka letaknya semakin menurun ke bawah. Selain menawarkan koleksi binatang, Taman Bumi Kedaton ini juga terdapat fasilitas Outbond, Perkemahan dan Pemancingan. Cukup menghibur.

Saya pun tidak lama-lama di sana, dengan jalan-jalan dan dengan memperhatikan sekitar sudah cukup menghibur, dan tentunya membeli oleh-oleh. Saya kembali menunggu bis Damri, yang datangnya sekitar setengah jam sekali. Sambil menunggu bis, saya makan siang tepat diseberang jalan. Tak disangka, sedang asyik makan, satu bis Damri lewat. Nah lho, dengan terbengong-bengong saya melihat bis itu lewat. Saya tidak mungkin mengejarnya, lha wong makanan belum habis. Akhirnya saya menunggu lagi.

Sambil menunggu, hampir satu bis Damri terlewat lagi. Saya pun mengejarnya. Huff. Saya kembali ke terminal Rajabasa. Kembali ke hotel dengan perasaan yang lebih lapang setelah berpetualang sendiri. Masih ada satu weekend lagi nanti, kira-kira ke mana ya?

Tulisan Lain   Lampung in Journey 2

By alfach

3 thoughts on “Lampung In Journey”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *