Cinta itu indah. Begitu para penyair mengatakan. Hanya satu kata tapi menyimpan beribu bahkan lebih makna. Sebuah rasa yang begitu dalam, sehingga tidak dapat dilukiskan kecuali ketika berada di dalamnya. Ya cinta itu indah. Berada di ruang kehidupan yang luas, sangat luas bahkan melebih luasnya jagat raya ini. Tidak ada yang dapat menampungnya dan merasakan ketulusannya kecuali jiwa yang sederhana dan mau merasakan, menerima cinta apa adanya.
Cinta itu amanah, amanah yang tidak ringan. Amanah yang tidak mudah dijaga dan dibawa kesuciannya hingga ke akhirat kelak. Bahkan ketika menulis kata cinta ini pun terasa tidak mudah. Ya karena cinta berasal dariNya. Layaknya manusia yang diciptakan menjadi khalifah di bumi, ketika bukit dan gunung tak mampu menerimanya. Hanya manusia yang bisa merasakannya.
Cinta itu tidak terlihat, karena para pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka : memberi. Bahkan mungkin kamu sendiri tidak mengetahui bahwa cinta saat ini sedang memberi. Bahkan mungkin kamu sendiri tidak menyadari bahwa walau kamu menyakiti ia akan terus memberi. Terus memberi tanpa pernah terhenti. Kalau kamu mencinta seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. la tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. la besar dan berbuah dari sinar cahayamu. Apakah kamu melihatnya?
Seperti pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Maka itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan kehilangan yang mendalam.
Cinta itu tidak terlihat, tapi tahukah kamu untuk “melihatnya”. Caranya sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khattab ra ini: hanya ada satu dari dua perasaan yang mungkin dirasakan oleh setiap orang pada saat orang yang paling berarti atau pasangan hidupnya wafat: merasa bebas dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung
Cinta itu tidak terlihat, dan terkadang baru “terlihat” ketika dalam ketiadaan. Ketiadaan yang memberikan arti bahwa ia ada. Ketiadaan bahwa baru saja kamu kehilangan yang selama ini memberi arti kepadamu. Ketiadaan yang telah memberikan kamu hidup menjadi satu nafas dan ketika kehilangannya kamu serasa kehilangan separuh nafasmu. Ketiadaan yang baru kamu sadari setelah air mata menetes memberimu arti hidup yang jauh lebih berarti ketika bersama untuk mendekatiNya.
Maka, apakah ketika cinta terlihat… saat ia sudah pergi atau saat ia masih ada? kamulah yang menentukan.
Ada sebuah nasehat “Jangan tanya akal Anda tentang cinta itu apa. Pastilah akal akan menunjukkan kekurangannya, dan cinta itu pun tak akan terasa dan menyapa. Tapi tanyailah hati. Jika ia menjawab positif, walau tak bulat, maka tugaskan akal mencari pembenarannya.”
“Karena cinta dan demi cinta langit dan bumi diciptakan, dan atas dasarnya makhluk diwujudkan, demi cinta seluruh planet beredar dan dengannya pula semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan akhirnya. Dengan cinta semua jiwa meraih harapannya dan mendapatkan idamannya serta terbebaskan dari segala meresahkannya.” Ibn Qayyim al Jauziyah.
Wallahu a’lam bish-shawab
hmmmm itu cinta buat siapa sih bang???? hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm